Sunday, April 10, 2011

Just a thought

lucu kalau melihat dongeng yang sudah kita baca sejak kecil menceritakan mengenai kisah "Pangeran dan Putri". dongeng akan dimulai dengan Putri yang malang dan akhirnya diselamatkan oleh Pangeran tampan, kuat, gagah berani, dan baik hati.

sebut saja mulai dari Cinderella, Snow White, Ariel ataupun Putri Aurora. Padahal kalau kita melihat lebih dalam, para putri yang seolah-olah lemah-tak berdaya-menunggu-diselamatkan-pangeran-ini jauh lebih kuat daripada para pangeran itu.

Cinderella ditinggalkan oleh ayahnya hingga akhirnya disiksa oleh Ibu tiri dan kedua saudara tirinya. kemudian Snow White yang dijahati Ibu tirinya serta harus bergaul dengan kurcaci yang bahkan tak dikenalnya. Bella (dalam Beauty and The Beast) yang harus tinggal dengan Makhluk Seram serupa monster serta perabotan yang bisa berbicara. Serta Ariel sang putri duyung yang harus meninggalkan lautan, menuju daratan yang bisa saja membunuhnya kapan saja.

bagi saya ini menarik, karena tanpa sadar wanita diajari sejak kecil untuk mempertahankan keinginannya, memperjuangkan apa yang dianggapnya benar, dan yah harus selalu bersabar karena kebahagiaan akan menanti di akhirnya.

sejak kecil wanita sudah diajarkan bahwa dunia sekeliling ini kejam, meskipun mereka berjuang seringkali selalu menjadi tokoh yang dipinggirkan dalam hidup sehari-hari. meskipun mereka mengangkat pedang, kecil sekali yang akan mempercayainya dapat memenangkan perang (seperti dalam Jeanne d'Arc atau Joan of Arc).

well after all, it's just a thought.

Cheers,

-lune-

Serendipity


hujan mulai turun ketika waktu sudah menunjukkan waktu pulang kantor. "ah sial, kenapa pakai hujan sih." aku lalu bergegas membereskan tumpukan file dan mematikan laptop. "bang, anterin gw ke citos ya" seruku pada tukang ojek langganan di kantor. "masih ujan neng, ntar aja tunggu redaan. ngapain dah lu tumben-tumbenan ke citos?" jawab bang deni dengan logat betawinya yang kental. "ah mo tau aja lo bang, namanya anak muda, gaul dong" jawabku asal. "gaul? gaya amat lo na.." sahut bapak-bapak di depan mejaku. pak anwar, yang kerap mengejekku setiap ada kesempatan. aku cuma bisa meringis sambil melihat waktu yang terus berlalu. "bang, berangkat sekarang aja deh, udah redaan kayaknya, nanti keburu maghrib" ujarku mulai tidak sabaran. "yah, maghrib di sini aja kali neng, siapa tau ntar udah berenti" lalu kujawab lagi "ah ini mah awet bang ujannya". melihat kegigihanku untuk berangkay menerobos hujan akhirnya bang deni luluh juga, "iya deh neng, tapi pake jas ujan ya, lu kan baru sembuh dari tipes, nanti lu ga masuk lagi seminggu" "siap bos" jawabku setengah bercanda.

malam itu kutemui dia, teman lama yang entah sudah berapa belas tahun sudah tak pernah kujumpai. namanya Ara. setelah berjabat tangan, kami saling bercerita mengenai keluarga kami dan lucunya pembicaraan malam itu layaknya sahabat yang saling bertukar cerita. malam semakin larut dan dia mengantarkanku pulang, "tidak baik anak gadis pulang malam-malam sendiri" ujarnya. padahal kalau teman sekantorku, mana ada yang mau antar anak gadis ini pulang malam.

beberapa hari sampai beberapa minggu setelahnya kami semakin akrab. seperti tidak ada yang bisa memisahkan kami. aku menceritakan rincian kegiatanku setiap harinya, begitupun sebaliknya. rasanya ada yang kurang kalau belum saling bertukar cerita.
ternyata, banyak kesamaan di antara kami yang kami temukan. misalnya nama lengkapnya "Matahari" dan aku "Bulan" meski ia dipanggil "Ara" dan aku dipanggil "Lana". garis tangan kami yang sangat serupa, seperti menemukan kembaran dan banyak hal lainnya yang kami percaya, ini bukan kebetulan, ini jodoh. ya atau setidaknya saat itu, itulah pikiran bodoh kami.

Ara bilang kalau hari ini dia mau menjemputku dari kantor, dia bilang "ini hari spesial Lana" jadi aku sudah menunggu dengan gelisah daritadi. hujan deras, sama seperti waktu itu, pikirku. lewat 15 menit dari waktu yang dijanjikan, sempat membuatku ingin menghubunginya, tapi kuurungkan niatku.
lewat setengah jam, sejam, dua jam, akhirnya kuhubungi telepon genggamnya. tidak ada jawaban. bahkan tidak ada nada sambung. kukirim sms, bbm, tidak ada yang terkirim. aku mulai panik tapi tak ada lagi yang dapat kuhubungi.

“Lana, bangun sayang..” kudengar suara mama lembut memanggil. “Loh, ini dimana ma? Ara mana ma?” tanyaku. “Ara siapa sayang? Cuma ada mama, Om Ditto dan suster di sini.”

"Suster ma? Kita dimana?" aku masih bingung. seingatku terakhir aku masih di kantor menunggu Ara. “Ara, jodoh aku ma. Yang aku ketemu dua minggu lalu, yang abis itu bilang suka sama aku dan kita cocok banget. Dia bilang dia mau nikahin aku ma.” Ucapku masih sedikit lemas.

Mama menatapku sedih “Lana, kamu sudah hampir sebulan ini koma.. dokter-dokter di sini bilang harapan hidup kamu tipis. Tapi lihat, Allah sayang sama kamu, Allah sayang sama mama, kamu sadar.. kamu dikasih kesempatan untuk hidup sayang” ujar mama terisak-isak sambil memelukku erat. Untuk sementara aku berusaha jadi gadis kecil mama lagi, kupeluk balik mama erat sambil kucium pipinya. “iya mama.. Allah baik sama Lana”

“Mama.. mama percaya kebetulan?”

“Mama percaya Allah sayang.. dan mama percaya adanya Qada dan Qadar. Mama percaya apa yang sudah digariskan oleh Allah. Bahwa semua berasal dari Allah SWT”

Lana terdiam.. lama.. semua ini terasa seperti mimpi. Hanya saja ia bingung mana yang mimpi, mana yang nyata. Mimpi yang ia inginkan jadi kenyataan..

“kamu masih baru pulih sayang.. Istirahat lagi ya.. Mama sayang kamu”

“Iya mama.. Lana juga sayang mama..”

Sebelum memejamkan mata untuk beristirahat, aku bertanya lagi, “jadi mama tidak percaya kebetulan?” melihatku, mama hanya tersenyum. “Allah knows best dear”

Aku tertidur dan kali ini mimpiku indah sekali.. entah ini mimpi atau nyata, tapi ini terasa nyata. Aku berada di taman yang sangat luas.. sungai mengalir di pinggirannya, airnya berkilauan. Lalu aku melihat Ara di seberang sedang mencelupkan tangannya ke dalam air sungai.

“Ara!” teriakku senang. Ara hanya tersenyum manis melihatku. “Ara..!! tunggu..!” aku menghampirinya dan ara mengulurkan tangannya yang besar untuk menggenggamku sambil bertanya “Where have you been Lana? I’ve been waiting for you” “Sorry I’m late, I’m running as fast as I can Ara” jawabku sambil tersenyum.

“Mama.. jodoh memang sudah digariskan Allah SWT. Buktinya aku bisa ketemu Ara disini. Makasih ya ma.. makasih ya Allah..”

“Lanaaaa….” Kudengar sayup-sayup suara teriakan mama tapi kupikir itu hanya perasaanku saja. “Bu, yang sabar ya bu” satu suster memegangi mama dan suster lainnya memanggil dokter untuk memastikan keadaanku. “Maaf bu” dokter itu tidak bisa berkata-kata lagi melihat mama yang sudah hampir pingsan. Semua mengelilingi tubuhku, saudara-saudara yang tidak pernah kulihat juga datang. “Lana cantik ya bu, seperti tersenyum sambil tidur” mama hanya bisa tersenyum lemah. “Persis seperti Ara ya” bisik suster yang sudah agak tua di belakang. “Ara siapa?” Tanya mama. “Ara itu pasien special bu, ia sangat ceria dan selalu menghibur pasien lain. Ia menderita leukemia dan hanya bisa bertahan 3 minggu. Sekitar 2 bulan lalu ia meninggal sebelum Lana masuk ke rumah sakit ini. Ara tampan sekali ketika meninggalkan kami. Seperti berujar ia telah bahagia di sana” mama tersenyum semakin kuat. “Iya sayang, mama percaya Allah lebih mengetahui jawaban yang kamu tanyakan” bisiknya dalam hati.

PS:

Good things come to those who wait. Some of us just have to wait a little longer than others.


There’s no such thing as coincidence cause everything happened for a reason. Still believe in coincidence?


Cheers,

-lune-