“Lana, bangun sayang..” kudengar suara mama lembut memanggil. “Loh, ini dimana ma? Ara mana ma?” tanyaku. “Ara siapa sayang? Cuma ada mama, Om Ditto dan suster di sini.”
"Suster ma? Kita dimana?" aku masih bingung. seingatku terakhir aku masih di kantor menunggu Ara. “Ara, jodoh aku ma. Yang aku ketemu dua minggu lalu, yang abis itu bilang suka sama aku dan kita cocok banget. Dia bilang dia mau nikahin aku ma.” Ucapku masih sedikit lemas.
Mama menatapku sedih “Lana, kamu sudah hampir sebulan ini koma.. dokter-dokter di sini bilang harapan hidup kamu tipis. Tapi lihat, Allah sayang sama kamu, Allah sayang sama mama, kamu sadar.. kamu dikasih kesempatan untuk hidup sayang” ujar mama terisak-isak sambil memelukku erat. Untuk sementara aku berusaha jadi gadis kecil mama lagi, kupeluk balik mama erat sambil kucium pipinya. “iya mama.. Allah baik sama Lana”
“Mama.. mama percaya kebetulan?”
“Mama percaya Allah sayang.. dan mama percaya adanya Qada dan Qadar. Mama percaya apa yang sudah digariskan oleh Allah. Bahwa semua berasal dari Allah SWT”
Lana terdiam.. lama.. semua ini terasa seperti mimpi. Hanya saja ia bingung mana yang mimpi, mana yang nyata. Mimpi yang ia inginkan jadi kenyataan..
“kamu masih baru pulih sayang.. Istirahat lagi ya.. Mama sayang kamu”
“Iya mama.. Lana juga sayang mama..”
Sebelum memejamkan mata untuk beristirahat, aku bertanya lagi, “jadi mama tidak percaya kebetulan?” melihatku, mama hanya tersenyum. “Allah knows best dear”
Aku tertidur dan kali ini mimpiku indah sekali.. entah ini mimpi atau nyata, tapi ini terasa nyata. Aku berada di taman yang sangat luas.. sungai mengalir di pinggirannya, airnya berkilauan. Lalu aku melihat Ara di seberang sedang mencelupkan tangannya ke dalam air sungai.
“Ara!” teriakku senang. Ara hanya tersenyum manis melihatku. “Ara..!! tunggu..!” aku menghampirinya dan ara mengulurkan tangannya yang besar untuk menggenggamku sambil bertanya “Where have you been Lana? I’ve been waiting for you” “Sorry I’m late, I’m running as fast as I can Ara” jawabku sambil tersenyum.
“Mama.. jodoh memang sudah digariskan Allah SWT. Buktinya aku bisa ketemu Ara disini. Makasih ya ma.. makasih ya Allah..”
“Lanaaaa….” Kudengar sayup-sayup suara teriakan mama tapi kupikir itu hanya perasaanku saja. “Bu, yang sabar ya bu” satu suster memegangi mama dan suster lainnya memanggil dokter untuk memastikan keadaanku. “Maaf bu” dokter itu tidak bisa berkata-kata lagi melihat mama yang sudah hampir pingsan. Semua mengelilingi tubuhku, saudara-saudara yang tidak pernah kulihat juga datang. “Lana cantik ya bu, seperti tersenyum sambil tidur” mama hanya bisa tersenyum lemah. “Persis seperti Ara ya” bisik suster yang sudah agak tua di belakang. “Ara siapa?” Tanya mama. “Ara itu pasien special bu, ia sangat ceria dan selalu menghibur pasien lain. Ia menderita leukemia dan hanya bisa bertahan 3 minggu. Sekitar 2 bulan lalu ia meninggal sebelum Lana masuk ke rumah sakit ini. Ara tampan sekali ketika meninggalkan kami. Seperti berujar ia telah bahagia di sana” mama tersenyum semakin kuat. “Iya sayang, mama percaya Allah lebih mengetahui jawaban yang kamu tanyakan” bisiknya dalam hati.
PS:
Good things come to those who wait. Some of us just have to wait a little longer than others.
There’s no such thing as coincidence cause everything happened for a reason. Still believe in coincidence?
No comments:
Post a Comment