Thursday, December 23, 2010

the unfortunates

Aku beranjak dari kursiku untuk menutup pintu ketika kurasa cuaca mulai menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Angin barat telah bertiup. Awan berkumpul dan menghitam, gelombang laut meninggi dan saling bergulung. Tidak lama kemudian hujan turun dengan derasnya.. Cuaca akhir-akhir ini memang sedang tidak stabil.

Aku melihat pada kejauhan, di tengah laut sebuah kapal kayu terombang-ambing oleh angin dan gelombang, kapal kayu penuh penumpang yang mulai pucat pasi.
Hatiku pedih melihatnya.. Di saat-saat seperti ini mereka berlomba-lomba mengucap dan memuji kebesaran Allah SWT. Baru terasa tiada guna harta yang mereka kejar-kejar, baru terasa tiada guna anak dan keluarga yang mereka bangga-banggakan. Mereka harus mempersiapkan diri bertemu Tuhan mereka.. tanpa harta, tanpa sanak saudara yang bisa membantu mereka. hanya sendiri.

Namun apakah yang dapat menyelamatkan mereka dari murka Tuhannya, pikir mereka.. Ilmu agama mereka tak punya, shalat bolong-bolong, puasa kadang iya kadang tidak..
Zakat dan sedekah jarang, itupun agar dipandang manusia.. Lisan yang tak pernah dijaga, mengatasnamakan demokrasi.. Demokrasi kini tiada guna..
Saat itu, yakinlah mereka bahwa nerakalah tempat mereka, dan kekal mereka di dalamnya.. Air mata tiba-tiba mengalir.. Penyesalan datang belakangan..
Hidup penuh dengan iri, dengki, keinginan-keinginan duniawi yang selama ini menguasai mereka.. Tiada akhlak baik yang mereka lakukan, yang bisa mereka persembahkan di hadapan Tuhannya.
Persis seperti firaun tatkala air laut merah hendak menutup kembali, ia bertobat.. Namun pintu tobat telah ditutup diujung kematian..
"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?" Sekilas muncul di dalam benak mereka ayat dalam surat Ar-rahman..
Kemudian gelombang membalikkan kapal kayu yang mereka tumpangi.. Seluruh penumpangnya masuk ke dalam laut dengan ombak yang ganas..
Salah satu penumpang mencoba berenang, namun tiap kali ia mencoba muncul dari laut, gelombang membenamkannya kembali ke dalam laut..
Paru2 yang biasa terisi dengan oksigen, kini terisi dgn air.. Mereka berpikir, betapa nikmatnya tiap napas yang kita hirup tiap hari..
Kenapa setiap napas yang kita hirup dulu tak pernah kita syukuri, dalam benak mereka.. Malaikat pencabut nyawa datang.. Mencabut nyawa mereka satu persatu..

Mendadak angin bertiup pelan, hujan berhenti, gelombang laut mendangkal, matahari bersinar dibalik awan..
Yang tersisa kini hanya bangkai kapal kayu yang mereka tumpangi, jasad tanpa nyawa, dan penyesalan para penumpang yang telah tewas..
Kututup pintu dan kuambil wudhu.. Innalillahi wa innaillahi rojiun.. Semua ciptaanNya akan berpulang kepadaNya.. Bertobat sebelum terlambat.. Peace be upon you.. Cheers..

*sumbangan cerita dari @adityadepari

PS:
“Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” (QS. Yunus: 60).

-lune-



Tuesday, December 21, 2010

aku sakit, hati.

"aku cinta hujan" | hujan menamparnya seraya berkata "jangan sembarangan mencintaiku, aku hanya cinta awan"

"aku cinta kamu" | "kamu itu siapa? pacarmu? aku pacarmu bukan? namaku bukan kamu!"

"kalau kamu itu benar ada, boleh aku mencintainya?"

hati, aku letih
hati, aku perih
hati, mau sampai kapan?


aku sakit, hati.


cheers,

-lune-

letter for the unknown

hey.. here I am, writing a letter. a letter for you.
don't really know what I want to write.
too many things but few words could describe how I feel.

you know, you really know how to make me happy.
and at the same time makes me sad.
I laugh, I smile, then cry and die.

like two sides of a coin.
could not cry yet so dying to cry.

and sometimes words are better left unspoken.
I hope you understand.

Cheers,

-lune-